Provinsi Jawa Timur (Jatim) merupakan
lumbung kedelai terbesar di Indonesia yang menyumbang sekitar 42%
produksi kedelai nasional. Produksi kedelai Jatim tahun 2013 tercatat
329.461 ton atau 42,23% dari produksi kedelai nasional yang
mencapai 779.992 ton, sementara pada tahun 2014 produksi kedelai Jatim
diperkirakan mencapai 326.154 ton atau 36,37% dari angka ramalan kedelai
nasional yang diperkirakan mencapai 896.602 ton.
Penghasil kedelai di Jatim menyebar di
berbagai kabupaten terutama Banyuwangi, Bojonegoro, Pasuruan, Lamongan,
Sampang dan Jember. Saat ini kabupaten penghasil kedelai tertinggi
diduduki Banyuwangi yang menyumbang sekitar 17,28% dari total produksi
kedelai Jatim.
Khusus kabupaten Jember, produksi
kedelai tahun 2013 tercatat 27.732 ton dengan kebutuhan konsumsi 25.473
ton sehingga mengalami surplus 2.259 ton. Selain surplus, kedelai yang
dihasilkan Kabupaten Jember memiliki keunggulan tersendiri karena
berhasil menembus pasar internasional alias ekspor ke mancanegara.
Adapun negara tujuan ekspor adalah Jepang, Taiwan, Malaysia, Singapura,
Eropa dan Amerika Serikat. Setiap tahun sekitar 4.500 – 5.000 ton
kedelai berhasil diekspor dengan menghasilkan devisa USD 10 juta.
Kedelai yang diekspor adalah jenis edamame yang dikenal dengan kedelai jenis sayur atau soybean vegetable. Karena termasuk jenis sayur, maka edamame harus langsung diolah dalam bentuk beku dan siap santap atau frozen ready to eat.
Artinya, edamame yang dipanen dari sawah harus langsung diolah pada
hari itu juga, untuk diolah, dimasak dan dibekukan hingga siap ekspor.
Kedelai jenis edamame merupakan produk
unggulan Jember karena memiliki berbagai keunggulan. Pertama,
produktivitas yang tinggi di mana satu hektar bisa menghasilkan 10 – 12
ton bahkan bisa lebih. Hal ini tentu saja jauh di atas rata-rata jenis
kedelai lainnya yang berkisar 1,5 ton – 3 ton per hektar.
Kedua, kedelai jenis edamame memiliki
keunggulan kandungan protein tinggi dan lengkap, di mana kandungan
protein edamame mencapai 36%, lebih tinggi dibanding kedelai lain.
Edamame juga mengandung sembilan asam amino esensial yang diperlukan
tubuh. Edamame juga tidak mengandung kolesterol dan sedikit lemak jenuh,
plus kaya serat, vitamin C dan B, serta kalsium, zat besi atau
magnesium, dan asam folat. Karena itulah, edamame sangat cocok bagi yang
menginginkan camilan rendah lemak, tetapi tinggi protein. Masyarakat
yang vegetarian dan ingin mendapatkan sumber protein bisa mengonsumsi
edamame karena kandungan proteinnya lengkap.
Ketiga, cepat panen, karena waktu tanam
edamame cukup pendek berkisar 68 – 70 hari. Para petani yang menanam
edamame bisa lebih cepat panen, sehingga lebih cepat menikmati hasilnya.
Hal ini lebih cepat dibanding umur kedelai pada umumnya yang mencapai
80 – 90 hari.
Keempat,
pasar ekspor edamame masih terbuka luas, sementara pengembangan edamame
saat ini baru dilakukan di Kabupaten Jember. Untuk pangsa pasar Jepang
saja mencapai 70.000 ton. Dari kebutuhan sebanyak itu, sebagian dipasok
dari Cina yang menguasai 50%, Taiwan 35% sisanya disuplai Thailand,
Vietnam, dan Indonesia. Belum lagi pasar Asia lainnya, Eropa dan Amerika
Serikat, sehingga banyak peluang untuk pengembangan edameme di
kabupaten lain di Jatim yang selama ini menjadi sentra kedelai, bahkan
di seluruh wilayah di tanah air.
Kelima, harga edamame di pasar ekspor
cukup tinggi sekitar USD 1,9 atau Rp 20 ribu – Rp 22 ribu per kilogram.
Hal ini tentu cukup menggiurkan, karena bisa menghasilkan devisa besar
serta sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani kedelai.
Pengembangan edamame di Jember dilakukan
PT Mitratani Dua Tujuh, yang merupakan anak perusahaan BUMN PTPN X
bekerjasama dengan PT Kelola Mina Laut (KML), sebuah perusahaan produk
pertanian yang memiliki jaringan ekspor cukup luas di Asia dan Eropa.
Kepemilikan saham mayoritas dimiliki BUMN PTPN X sebesar 65% sementara
PT KML sebesar 35%.
Saat ini edamame di Jember dikembangkan
di area seluas kurang lebih 1.200 hektar yang merupakan milik perusahaan
dan petani yang menjadi mitra. Dengan luasan tersebut, maka
pengembangan edamame di Jember mampu menyerap sekitar 4.700 tenaga
kerja. Perinciannya, sebanyak 3.200 pekerja yang terserap di lahan
pertanian dan 1.500 pekerja terserap di pabrik pengolahan edamame.
Para petani di Jember bisa bermitra
dengan perusahaan untuk pengembangan edamame dengan persyaratan memiliki
lahan minimal 1,5 hektar, suplai air cukup dan stabil, pembuangan air
lancar dan bisa menghasilkan minimal 8 ton per hektar. Bagi petani yang
mengajukan menjadi mitra akan disurvei terkait kondisi lahan, jika
memang memenuhi persyaratan maka bisa menjadi mitra.
Keuntungan menjadi mitra adalah
diberikan pinjaman bibit edamame, diberikan bimbingan dan konsultasi,
hasil edamame langsung ditampung di pabrik serta harga jual yang stabil.
Untuk harga edamame dari petani terdiri dari dua jenis, yakni pertama
harga edameme kualitas super yakni Rp 5.500 per kilogram dan harga untuk
kualitas di bawahnya Rp 3.000 per kilogram. Hasil panen edamame dari
petani biasanya sekitar 50 – 60 merupakan kualitas super dan sisanya
kualitas di bawahnya. Ciri edamame berkualitas super adalah jumlah
polong per 500 gram maksimal 170 polong, warna hijau relatif seragam,
besar polong seragam, kadar gula maksimal 8, tidak terdapat polong patah
dan tidak terdapat ulat pada polong.
Para petani yang menjadi mitra juga
diberikan buku petunjuk lengkap terkait pembudidayaan edamame. Mereka
juga bisa bertanya dan berkonsultasi kapanpun dengan supervisor atau
pengawas yang ditunjuk oleh perusahaan. Dengan bimbingan yang lengkap,
maka hasil edamame pun cukup tinggi berkisar 10 – 12 ton per hektar. Hal
lain yang hendaknya diperhatikan petani adalah terkait penggunaan
pestisida yang diatur secara ketat dan pada 20 hari sebelum panen,
penggunaan pestisida dihentikan. Hal ini untuk menekan residu sesuai
dengan standar dari negara-negara yang menjadi importir edamame.
Standar yang tinggi juga diterapkan pada
pengolahan edamame di pabrik mulai dari masuknya bahan baku hingga ke
pengepakan. Bahan baku atau edamame yang masuk ke pabrik harus dari
hasil panen pada hari itu juga, karena standar edamame harus diolah
maksimal 6 jam setelah dipanen.
Edamame yang masuk akan ditimbang dahulu
untuk menentukan berat yang akan diolah, sekaligus menjadi catatan
jumlah hasil panen yang didapat oleh petani mitra maupun dari lahan
perusahaan. Pabrik pengolahan edamame di Jember saat ini telah mampu
mengolah 50 ton edamame setiap harinya. Setelah ditimbang, edamame akan
dibersihkan dan dicuci sebanyak dua kali dengan menggunakan konveyor.
Dalam proses pencucian ini akan dipisahkan antara edamame dengan kotoran
ringan seperti daun, gagang dan lain sebagainya. Pencucian dilakukan
sebanyak dua kali untuk menjamin edamame dalam keadaan bersih.
Setelah dilakukan pencucian dan
pembersihan, selanjutnya akan dilakukan pemilahan atau standarisasi
(grading). Dalam tahap ini, edamame akan dibagi menjadi 4 jenis yakni
pertama, Standar Quality (SQ) untuk ekspor, kedua Premium untuk pasar
lokal, ketiga Bahan Baku Mukimame (BBM) yakni edamame yang dikupas
diperuntukkan pasar ekspor dan keempat Edatsuki yakni edamame yang
disertai dengan tangkainya dan juga untuk pasar ekspor.
Tahap berikutnya adalah tahap pemasakan (blencing)
di mana edamame akan dimasak pada suhu 100 derajat selama 2 menit.
Selama proses pemasakan suhu tersebut harus stabil, sehingga edamame
bisa matang secara merata dalam waktu cepat. Hasilnya memang luar biasa,
edamame matang masih dalam kondisi hijau dan segar hampir sama seperti
habis dipetik dari sawah. Di sinilah salah satu kuncinya, kenapa protein
edamame tinggi, karena dimasak sebentar tetapi matang sempurna.
Proses pemasakan ini dilengkapi alat
pendeteksi suhu, agar stabil pada 100 derajat. Jika suhu pada mesin
pemasak yang berkapasitas 2 ton per jam ini tidak stabil, maka konveyor
yang membawa edamame akan otomatis berhenti sampai suhu kembali stabil
100 derajat.
Setelah dimasak selama 2 menit, edamame
akan didinginkan dalam konveyor yang berisi air dengan suhu sekitar 30
derajat, kemudian didinginkan kembali pada suhu antara 12 – 15 derajat.
Setelah pendinginan, tahap berikutnya adalah pembekuan edamame pada
suhu minus 30 – 35 derajat yang berlangsung selama 7 menit. Hasilnya,
edamame menjadi beku sehingga tahan lama kesegarannya dan kemudian
disimpan pada gudang penyimpann (cold storage) dengan suhu minus
20 derajat. Di pabrik ini tersedia 11 unit cold storage dengan kapasitas
masing-masing 150 – 200 ton. Dari gudang penyimpanan inilah kemudian
dilanjutkan dengan pengemasan (packaging) untuk kemudian siap diekspor
sesuai dengan negara tujuan.
Setiap
bulan sekitar 20 kontainer edamame berkapasitas masing-masing 22 ton
yang diekspor ke mancanegara terutama Jepang. Artinya setiap bulan
sekitar 4.000 hingga 4.500 ton edamame dari Jember berhasil menembus
pasar internasional dan menjadi konsumsi masyarakat internasional. Hal
ini sangat membanggakan, karena ekspor makanan memiliki aturan yang
ketat terutama dari sisi kesehatan, kebersihan dan kandungan gizinya.
Pasar internasional tidak pernah mentolerir sedikitpun jika ada
kesalahan dalam produk makanan. Sebagai contoh, jika dalam kemasan
edamame, edamame yang terkelupas (hanya ada isi edamame), dan menurut
logika umum hal itu wajar, maka akan dianggap sebagai “benda asing”,
sehingga edamame akan dikembalikan ke Indonesia.
Dengan ketatnya aturan produk olahan
makanan, maka mengekspor edamame bukan hanya menjual produk hasil
pertanian yang memiliki gizi tinggi dan kelebihan lainnya, tetapi juga
menjual “sistem” pengolahan yang memberikan jaminan semuanya diolah
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Karena itulah, dalam pabrik
pengolahan edamame, semua instruksi kerja dibuat dengan jelas dan
tertulis dan harus dipatuhi oleh semua pekerja.
Kebersihan sangat dijaga sehingga semua
pekerja maupun tamu, jika ingin memasuki ruang pengolahan harus memakai
pakaian khusus, topi khusus, sepatu khusus dan masker. Setiap memasuki
ruangan harus mencuci tangan terlebih dahulu dan diperiksa satu-persatu
dari kotoran, rambut atau benda lainnya yang menempel di badan. Jika
kita memasuki tiga ruangan berbeda, maka harus mencuci tangan tiga kali
dan diperiksa atau dibersihkan tubuh kita sebanyak tiga kali juga. Tidak
peduli siapapun, termasuk Presiden SBY ketika berkunjung ke pabrik ini
pada tahun 2013 silam.
Kehadiran pabrik pengolahan edamame di
Jember disambut positif oleh masyarakat, karena mereka bisa bekerja dan
bermitra dengan perusahaan. Masyarakat merasa senang karena terbukanya
lapangan pekerjaan. Tingkat kesejahteraan karyawan di pabrik cukup baik
yang salah satunya ditandai dengan meningkatnya kepemilikan kendaraan
bermotor yang di parkir di pabrik. Para pekerja di pabrik ini rata-rata
memperoleh pendapatan 1,2 juta hingga 1,5 juta per bulan.
Salah satu pekerja bagian pengepakan
Rois dan Istianah menyatakan senang bisa bekerja di pabrik pengolahan
edamame. Rois yang merupakan warga Kecamatan Jenggawah dan sudah lima
tahun bekerja di pabrik menyatakan betah bekerja karena banyak temannya
serta memperoleh penghasilan lumayan. Setiap minggu ia bisa memperoleh
pendapatan sekitar 300 ribu – 350 ribu.
Respon positif juga disampaikan Dirman,
petani edamame yang menjadi mitra perusahaan. Petani yang tinggal di
Munigsari Lor, Kecamatan Panti ini memiliki lahan seluas 3,5 hektar yang
ditanami edamame. Setiap hektar menghasilkan sekitar 12 ton edamame.
“Saya senang menjadi mitra, karena dibimbing caranya menanam edamame,
diberikan buku petunjuk lengkap dan bibit juga diberi pinjaman. Dengan
bermitra, saya tidak bingung untuk menjual edamame, karena semuanya
ditampung di pabrik,” ujarnya.
Kehadiran edamame memang
menjadikan Jember memiliki komoditas unggulan yang diakui dunia,
berjejer mendampingi komoditas unggulan lainnya seperi tembakau dan
kakao. Edamame bisa dikembangkan lebih luas baik di Jember, karena lahan
persawahan yang luas di mana satu kali dalam setahun bisa ditanami
edamame. Selain itu, edamame juga bisa dikembangkan di wilayah lain di
Jatim dan bahkan di seluruh wilayah Indonesia. (Firmansyah; Dhuha)
sumber:
http://setkab.go.id
Posting Komentar